Buscar

Páginas

BERAKHLAK MULIA

Akhlak Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).
Akhlak Mulia (Al-Akhlakul Mahmudah) diantaranya adalah Tobat dan Raja’.

A. Taubat
1. Taubat adalah proses menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan berupaya sekuat hati untuk tidak melakukannya kembali atau permohonan ampun kepada Allah atas kesalahan dan kekhilafan yang telah di lakukan.
2. Dalil Naqli tentang Taubat
Berbagai dalil naqli yang berhubungan dengan taubat adalah sebagai berikut
a. QS. an-Nur (24) : 31
وَتُوبُواإِلَىاللَّهِجَمِيعًاأَيُّهَاالْمُؤْمِنُونَلَعَلَّكُمْتُفْلِحُونَ
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
b. QS. Ali-Imran (3) : 90
Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan diterima taubat-Nya, dan mereka itulah orang-orang yang sesat.
c. QS. al-Mai-idah (5) : 34
Kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
d. QS. al-Baqarah (2) : 222
الْمُتَطَهِّرِينَ وَيُحِبُّ التَّوَّابِينَ يُحِبُّ اللَّهَ إِنَّ
Sungguh, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang yang menyucikan diri.
B. Kriteria Orang Bertaubat
1. Orang yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan
Taubatt ini di ampuni dosanya oleh Allah seperti dalam firman-Nya
Kecuali orang-orang yang taubat, sesudah (kafir) itu dan mengadakan perbaikan, maka sungguh Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali-imran (3) :89)
Ayat di atas berarti mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik untuk menghilangkan akibat yang jelek dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

2. Taubat seseorang ketika hampir mati atau sekarat
Taubat ini sudah tidak dapat diterima. Hal itu terdapat dalam firman Allah berikut ini.
تُبْتُالآنَ حَضَرَأَحَدَهُمُالْمَوْتُقَالَإِنِّي سَّيِّئَاتِحَتَّىإِذَا وَلَيْسَتِالتَّوْبَةُلِلَّذِينَيَعْمَلُونَال
وَلاَالَّذِينَيَمُوتُونَوَهُمْكُفَّارٌأُوْلَئِكَأَعْتَدْنَالَهُمْعَذَابًاأَلِيمًا
Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: `Sesungguhnya saya bertaubat sekarang` Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih. (QS. an-Nisa (4) : 18)

3. Taubat Nasuha atau Taubat yang sebenar-benarnya
Taubat nasuha adalah taubat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Taubat inilah yang dinilai paling tinggi.
رَبُّكُمْأَنيُكَفِّرَعَنكُمْسَيِّئَاتِكُمْوَيُدْخِلَكُمْجَنَّاتٍتَجْرِي إِلَىاللَّهِتَوْبَةًنَّصُوحًاعَسَى يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُواتُوبُوا
أَيْدِيهِمْوَبِأَيْمَانِهِمْيَقُولُونَ لَايُخْزِياللَّهُالنَّبِيَّوَالَّذِينَآمَنُوامَعَهُنُورُهُمْيَسْعَىبَيْنَ مِنتَحْتِهَاالْأَنْهَارُيَوْمَ
قَدِيرٌ كُلِّشَيْءٍ نَاأَتْمِمْلَنَانُورَنَاوَاغْفِرْلَنَاإِنَّكَعَلَى رَبَّ
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:` Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. at-Tahrim (66) : 8)
Taubat Nasuha dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Segera mohon ampun dan meminta tolong hanya kepada Allah SWT.
b. Meminta perlindungan dari perbuatan setan/ablis dan kejahatan makhluk lain.
c. Segera berbuat baik atau mengadakan perbaikan dengan sungguh-sungguh sesuai keadaan.
d. Sadar dan sabar karena tidak semua keinginan dapat dicapai.
e. Menggunakan akal sebaik-baiknya agar tidak dimurkai Allah, menggunakan pengetahuan tanpa mengikuti nafsu yang buruk, mendengarkan perkataan lalu memilih yang terbaik, serta bertanya kepada yang berpengetahuan jika tidak tahu.
f. Melakukan salat untuk mencegah perbuatan keji dan munkar.

C. Raja’ (Mengharap Keridaan Allah)
1. Berbagai Cara Menggapai Rida Allah
Cara menggapai rida Allah tentu dengan melakukan perbuatan yang diridai Allah dan menjauhi perbuatan yang di murkai Allah SWT. Diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Menyembah hanya kepada Allah SWT
b. Senantiasa meningkatkan ibadah
c. Melaksanakan sunah-sunah Rasullah
d. Berbuat baik kepada orangtua
e. Menyantuni anak yatim dan fakir miskin
f. Menyedekahkan harta
g. Rela berkorban demi agama Allah
2. Rida Allah Tergantung Rida Orangtua
Untuk menggapai rida Allah dengan cara berbuat baik atu berbakti kepada orangtua, karena Rasulullah menyatakan dalam sabda nya bahwa rida Allah tergantung pada rida orangtua dan Allah juga menegaskan di dalam firman-Nya.
Keutamaan berbakti kepada orangtua adalah sebagai berikut.
a. Berbakti kepada orangtua adalah amal yang paling utama
b. Didalam rida orangtua terkadung rida Allah SWT.
c. Berbakti kepada orangtua dapat mempermudah mencapai segala sesuatu yang diharapkan dan dapat menghilangkan kesulitan.
d. Dengan bersilaturahim kepada orangtua, akan di luaskan rezeki dan di panjang kan umurnya.
e. Allah akan membalas dengan surga kepada anak yang berbakti kepada orangtuanya.
f. Anak yang berbuat baik kepada orangtua akan terhindar dari berbagai malapetaka.
3. Bentuk-bentuk Berbakti kepada Orangtua
a. Berakhlak baik kepada keduanya
b. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut dan mulia.
c. Tawadu’ (rendah hati) atau tidak boleh bersikap sombong kepada orangtua.
d. Berusaha membantu meringankan beban orangtua
e. Mendoakan kedua orang tua, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia

0 komentar:

Posting Komentar