Kawasan Sumatera Barat pada masa lalu merupakan bagian dari Kerajaan Pagaruyung.
Namun wilayah Sumatera Barat saat ini tidak mencerminkan keseluruhan
luas dari wilayah Kerajaan pagaruyung. Hal ini tidak terlepas dari
penguasaan penjajah yang telah memecah wilayah Pagaruyung hingga
menyisakan sebatas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang dikenal saat
ini.
Bermula dari pemerintahan kolonial Inggris di
Sumatera pada tahun 1811 yang memilih pusat pemerintahannya di
Bengkulu. Wilayah Pagaruyung saat itu dimasukkan dalam wilayah pesisir
Barat (West Coast region). Sebuah wilayah yang membentang dari bagian
Selatan Lampung sampai ke Singkil di bagian pesisir Barat Aceh. Gubernur
Jenderal Raffles membentuk
kesatuan wilayah ini setelah melihat fakta rangkaian mata rantai
sebaran etnis Minang pesisir yang tidak terputus di sepanjang pesisir
Barat Sumatera pada masa itu. Setelah penyerahan wilayah Sumatera
kepada Kerajaan Belanda pasca rekapitulasi Napoleon di Eropa, Inggris hanya menyisakan wilayah Bengkulu sebagai
basisnya di Sumatera yang berakses ke Samudera Hindia. Dalam hal ini
penentuan batas Bengkulu dilakukan sepihak oleh Inggris dengan
memasukkan wilayah Minangkabau Mukomuko dalam administrasi Bengkulu. Setelah penyerahan Bengkulu kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda tahun 1824, wilayah Mukomuko tetap dipertahankan dalam administratifBengkulu.
Kedatangan Belanda ke wilayah Sumatera Barat pasca penyerahan dari Inggris, bersamaan dengan saat terjadinya Perang Padri yang
mengoyak bumi Pagaruyung. Perang yang sejatinya bermula dari konflik
internal masyarakat Minangkabau sejak tahun 1803, berubah menjadi perang
besar setelah Belanda melibatkan diri dalam konflik tersebut pada tahun
1821. Belanda yang berniat menguasai daerah Pagaruyung, memihak dan
membantu golongan adat dan bangsawan yang berperang melawan golongan
Ulama Pembaharuan (Paderi). Perang diakhiri dengan kekalahan pihak
pejuang Paderi pada tahun 1837 dan benteng terakhir kaum Paderi di Dalu Dalu Rokan Hulu ditaklukkan. Setelah perjanjian yang dibuat oleh pemuka Adat serta kerabatYang Dipertuan Pagaruyung, dan berakhirnya Perang Padri, kawasan ini menjadi dalam pengawasan Belanda.
Selanjutnya dalam perkembangan administrasi pemerintahan kolonial Hindia Belanda pasca Perang Paderi, daerah ini tergabung dalam Gouvernement Sumatra's Westkust. Dalam hal ini meliputi wilayah Pagaruyung ditambah wilayah Residentie Bengkulu yang baru diserahkan Inggris kepada Belanda. Selanjutnya wilayah Gouvernement Sumatra's Westkust diperluas oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda hingga juga mencakup daerah Tapanuli, dan Singkil.
Hal ini mendapat protes keras dari tokoh adat Minangkabau yang tidak
menyetujui dimasukkannya wilayah pedalaman Tapanuli yang bersuku Batak
ke dalamGouvernement Sumatra's Westkust, kecuali sepanjang daerah pesisir yang beretnis Minang. Kemudian pada tahun 1905wilayah Tapanuli ditingkatkan statusnya menjadi Residentie Tapanuli. Sedangkan wilayah Singkil diberikan kepada Residentie Atjeh. Wilayah Bengkulu kembali menjadi sebuah wilayah Residentie Bengkulu.
Wilayah Minangkabau menyisakan Residentie Padangsche Benedenlanden dan Residentie Padangsche Bovenlanden.
Dalam hal ini minus Mukomuko dan daerah pesisir dari Natal hingga
Singkil yang beretnis Minang pesisir. Namun saat dilakukan pelepasan
wilayah Residentie Tapanuli tersebut, oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dilepaskan pula beberapa wilayah Minangkabau pedalaman yaitu : wilayah Rokan Hulu dan wilayah Kuantan Singingi yang diberikan kepada Residentie Riouw yang baru dibentuk saat itu pasca pemecahan Gouvernement Sumatra's Oostkust. Wilayah Kerincidiserahkan kepada Residentie Djambi yang juga baru dibentuk pada periode yang hampir bersamaan.
Kemudian di tahun 1914, Gouvernement Sumatra's Westkust, diturunkan statusnya menjadi Residentie Sumatra's Westkust. Pemerintahan kolonialHindia Belanda menambahkan wilayah Kepulauan Mentawai di Samudera Hindia yang beretnis non Minangkabau ke dalam Residentie Sumatra's Westkust. Selanjutnya pada tahun 1935 wilayah Kerinci digabungkan ke dalam Residentie Sumatra's Westkust.
Pada masa pendudukan tentara Jepang Residentie Sumatra's Westkust berubah nama menjadi Sumatora Nishi Kaigan Shu. Atas dasar geostrategis militer, daerah Kampar / Bangkinang dikeluarkan dari Sumatora Nishi Kaigan Shu dan dimasukkan ke dalam wilayah Rhio Shu.
Pada awal kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, wilayah Sumatera Barat tergabung dalam provinsi Sumatera yang berpusat di Bukittinggi. Pada tahun 1949, Provinsi Sumatera kemudian dipecah menjadi tiga provinsi, yakni Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Sumatera Barat beserta Riau dan Jambi merupakan bagian dari keresidenan di dalam Provinsi Sumatera Tengah.
Pasca kekalahan PRRI di Sumatera, berdasarkan Undang-undang darurat nomor 19 tahun 1957, oleh Pemerintah Pusat, Provinsi Sumatera Tengah kemudian dipecah lagi menjadi 3 provinsi yakniProvinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, dan Provinsi Jambi. Provinsi Sumatera Barat memperoleh
bagian wilayah yang paling kecil diantara ketiga provinsi baru ini,
karena beberapa wilayah bersuku Minang dilepaskan dari induk rumpunnya.
Wilayah Kerinci yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten Pesisir Selatan Kerinci, residensi Sumatera Barat, digabungkan ke dalam Provinsi Jambi sebagai kabupaten tersendiri. Begitu pula wilayah Kampar, Rokan Hulu, dan Kuantan Singingi yang bersuku, berbudaya, dan berbahasa Minang semuanya ditetapkan masuk ke dalam wilayah Provinsi Riau. Pada awalnya ibu kota provinsi Sumatera Barat yang baru ini adalah masih tetap di kota Bukittinggi. Kemudian ibukota dipindahkan ke kota Padang berdasarkan SK. Gubernur Sumatera Barat No. 1/g/PD/1958, tanggal 29 Mai 1958 secara de facto menetapkan kota Padang menjadi ibukota Provinsi Sumatera Barat.
Geografi
Sumatera Barat
terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera, memiliki
dataran rendah di pantai barat, serta dataran tinggi vulkanik yang
dibentuk olehBukit Barisan. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 375 km. Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia dan beberapa puluh kilometer dari lepas pantai Sumatera Barat termasuk dalam provinsi ini.
Sumatera Barat memiliki beberapa danau, di antaranya adalah danau Singkarak yang membentang di kabupaten Solok dan kabupaten Tanah Datar dengan luas 130,1 km², danau Maninjau di kabupaten Agam dengan luas 99,5 km², dan danau Kembar di kabupaten Solok yakni danau Diatas dengan luas 31,5 km², dandanau Dibawah dengan luas 14,0 km² .
Beberapa sungai besar di pulau Sumatera berhulu di provinsi ini, di antaranya adalah sungai Siak, sungai Rokan, sungai Inderagiri (disebut sebagai Batang Kuantan di bagian hulunya), sungai Kampar, dan Batang Hari.
Semua sungai ini bermuara di pantai timur Sumatera, di provinsi Riau
dan Jambi. Sementara sungai-sungai yang bermuara di provinsi ini
berjarak pendek, di antaranya adalah Batang Anai, Batang Arau, dan Batang Tarusan.
Sumatera Barat memiliki 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota. Beberapa di antaranya adalah gunung Talamau di kabupaten Pasaman Barat yang merupakan gunung tertinggi di provinsi ini dengan ketinggian 2.913 meter, gunung Marapi di kabupaten Agam dengan ketinggian 2.891 m, gunung Sago dikabupaten Lima Puluh Kota dengan ketinggian 2.271 m, gunung Singgalang di kabupaten Agam dengan ketinggian 2.877 m, gunung Tandikat di kabupaten Padang Pariaman dengan ketinggian 2.438 m, gunung Talang di kabupaten Solok dengan ketinggian 2.572 m, dan gunung Pasaman di kabupaten Pasaman Barat dengan ketinggian 2.190 m.
Keanekaragaman hayati
Sumatera Barat
merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber
keanekaragaman hayati. Sebagian besar wilayahnya masih merupakan hutan
tropis alami dan dilindungi. Berbagai spesies langka masih dapat
dijumpai, misalnya Rafflesia arnoldii (bunga terbesar di dunia), harimau sumatera,siamang, tapir, rusa, beruang, dan berbagai jenis burung dan kupu-kupu.
Terdapat dua Taman Nasional di provinsi ini, yaitu Taman Nasional Siberut yang terdapat di pulau Siberut (Kabupaten Kepulauan Mentawai) dan Taman Nasional Kerinci Seblat. Taman nasional terakhir ini wilayahnya membentang di empat provinsi: Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.
Selain kedua
Taman Nasional tersebut terdapat juga beberapa cagar alam lainnya, yaitu
Cagar Alam Rimbo Panti, Cagar Alam Lembah Anai, Cagar Alam Batang
Palupuh, Cagar Alam Air Putih di daerah Kelok Sembilan, Cagar Alam
Lembah Harau, Cagar Alam Beringin Sakti dan Taman Raya Bung Hatta.
Sumber daya alam
Sumber daya alam yang ada di Sumatera Barat adalah berupa batubara, batu besi, batu galena, timah hitam, seng, mangan, emas, batu kapur (semen), kelapa sawit, kakao, gambir dan hasilperikanan.
0 komentar:
Posting Komentar